Dengan mengenakan kopiah hitam berbaju koko putih dan bersyalkan sarung, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo akhirnya menemui belasan delegasi ormas-ormas Islam yang sudah 1,5 jam menunggu, Jum’at (22/2) sore di ruang tamu Kantor Gubernur DKI Jakarta.
Setelah dipersilakan, ketua delegasi Muhammad Ismail Yusanto menyatakan maksud kedatangannya. “Kami mewakili berbagai ormas Islam datang kemari meminta Pak Jokowi supaya tidak menerbitkan IMB Kedubes Amerika,” ungkap Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia tersebut.
Ismail mewanti-wanti pejabat yang gemar blusukan tersebut agar tidak hanya melihat pembangunan Kedutaan Besar Amerika dari sisi teknis dan adminstrasi belaka. Tetapi harus dilihat dari sisi politisnya juga.
Karena menurut Ismail, semakin besar kedubes Amerika —sehingga nantinya dapat menampung 16 ribu staf tersebut— akan semakin meningkatkan pula kemampuan Amerika untuk menjalankan misi imperialismenya.
Maka, lanjut Ismail, sekarang ini Jokowi memiliki peran penting. “Melindungi negara, kami akan menyokong Pak Jokowi dari belakang untuk mencabut IMB ini,” ujarnya.
Dengan santai Jokowi menjawab: “Jadi kami mau komentari apa, karena belum mendapatkan permohonan izin itu.”
Kepala Dinas Pengawasan dan Penertiban Bangunan (P2B) DKI Jakarta Putu Indiana mengiyakan Jokowi. “Kedubes Amerika memang belum mengajukan permohonan ke gubernur, sekarang lagi proses di Dinas Pariwisata terkait relokasi Gedung Syahrir, kami tidak akan mengeluarkan izin kalau Dinas Pariwisata dan Deplu belum memberikan izin.”
“Tapi kami sudah mendapatkan informasi dari Pak Devi Lesmana, Kepala Seksi Kelaikan Arsitektur Dinas P2B, bahwa tiga tahapan untuk mendapatkan izin IMB sudah lulus sidang semua,” ungkap Ismail.
Putu pun menjelaskan, kelulusan itu hanya terkait dengan konsultasi teknis saja, perlu persyaratan lain, di antaranya dari dua departemen yang disebut di atas. Putu juga menegaskan: “Kami di dinas teknis hanya melayani teknis, bila terpenuhi, kami tidak punya alasan untuk tidak memberikan izin.”
Mengerti apa yang dimau para delegasi, Putu pun melempar bola ke Jokowi. “Yang di luar teknis ya gubernur.” Kontan saja para delegasi pun tersenyum kemudian menoleh ke Jokowi.
“Yaaa… kami akan kirim surat secara resmi ke Deplu, akan kami sampaikan adanya keberatan dari para ustadz-ustadz,” ujar Jokowi menjawab tatapan mata dan senyum para delegasi.
Ketua Presidium Mer-C Joserizal Jurnalis yang sedari tadi mendengarkan, kini angkat bicara. “Biasanya Pak Jokowi suka uji publik kalau terkait masalah yang besar,” pancing Joserizal.
Dengan spontan Jokowi menjawab: “Kalau uji publik, nanti ruangan penuh masyarakat, menolak semua.”
Dengan sigap Ismail menimpali: “Nah, itu bisa jadi dalil bahwa masyarakat tidak setuju!”
Ketua DPP Hizbut Tahrir Indonesia Rokhmat S Labib kemudian mengingatkan akan terus mengalirnya dosa orang yang turut membantu membangun gedung yang digunakan untuk markas intelijen negara penjajah Amerika itu. “Kalau Pak Jokowi bangun masjid itu kan amal jariah, kalau membangun kedubes AS amal salah yang dosanya terus mengalir,” Rokhmat mengingatkan.
Suasana pun jadi riuh rendah, Jokowi tersenyum lalu lempar bola: “Bukan saya, Pak Putu…!”
Namun Putu pun mengingatkan bahwa dirinya hanyalah pelaksana teknis, kebijakan akhirnya ada di Jokowi. Maka Rokhmat pun meminta ketegasan Jokowi untuk menolak memberikan IMB. “Saya ingin menerima jaminan bahwa Pak Jokowi menolak!” tegasnya.
Jokowi hanya senyum-senyum saja. Pimpinan Ma’had Daarul Muwahhid KH Shoffar Mawardi, dengan mimik wajah yang sangat serius berkata: “Kami datang kemari untuk menyampaikan hal-hal yang tidak dipikirkan pemerintah, padahal ini menyangkut masalah dunia akhirat Pak Jokowi dan bangsa.”
Seakan mencoba menerka bahwa Jokowi tidak mau dengan tegas menolak lantaran kuatir ditekan pihak Amerika, Ismail berkomentar: “Kalau Pak Jokowi mendapat tekanan-tekanan, serahkan kepada kita, biar kita bantu dari belakang.”
Jokowi tetap mesem-mesem, tidak mau menyatakan akan menolak menerbitkan IMB. Abu Bilal utusan dari Jamaah Ansharu Tauhid lalu angkat bicara karena kuatir azab Allah akan semakin besar bila kedubes Amerika diperbesar.
“Pak Jokowi harus bersyukur dan berterima kasih, karena inilah kerja nyata kami untuk membangun Jakarta, membangun bangsa ini, untuk menghindari azab yang lebih besar dari Allah SWT.”
Jokowi tetap tersenyum. Rokhmat yang merasa pertanyaannya belum dijawab kembali angkat bicara. “Bagaimana pernyataannya, itu yang ingin saya dengar!”
Sambil mengerutkan dahi dan mimik wajah agak cemberut, Jokowi menjawab. “Mengajukan ke saya juga belum!”
Ismail langsung menyambar. “Kalau sudah?”
Jokowi pun menjawab. “Nanti, kita lihat nanti,” pungkasnya.
Dalam kesempatan itu, nampak pula delegasi dari ormas Islam lainnya termasuk Mukhlis Abdullah (Muhammadiyah) dan Prof Dr Musjby (International Moslem Brotherhood). Sedangkan dari pihak pemda nampak hadir pula Ketua Kesbangpol DKI Jakarta Zainal Mustafa.
Di luar gedung, sembari mendengarkan orasi, sekitar 400 massa membawa spanduk dan poster penolakan pembangunan Kedubes Amerika. (mediaumat.com, 23/2)
[www.bringislam.web.id]
Setelah dipersilakan, ketua delegasi Muhammad Ismail Yusanto menyatakan maksud kedatangannya. “Kami mewakili berbagai ormas Islam datang kemari meminta Pak Jokowi supaya tidak menerbitkan IMB Kedubes Amerika,” ungkap Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia tersebut.
Ismail mewanti-wanti pejabat yang gemar blusukan tersebut agar tidak hanya melihat pembangunan Kedutaan Besar Amerika dari sisi teknis dan adminstrasi belaka. Tetapi harus dilihat dari sisi politisnya juga.
Karena menurut Ismail, semakin besar kedubes Amerika —sehingga nantinya dapat menampung 16 ribu staf tersebut— akan semakin meningkatkan pula kemampuan Amerika untuk menjalankan misi imperialismenya.
Maka, lanjut Ismail, sekarang ini Jokowi memiliki peran penting. “Melindungi negara, kami akan menyokong Pak Jokowi dari belakang untuk mencabut IMB ini,” ujarnya.
Dengan santai Jokowi menjawab: “Jadi kami mau komentari apa, karena belum mendapatkan permohonan izin itu.”
Kepala Dinas Pengawasan dan Penertiban Bangunan (P2B) DKI Jakarta Putu Indiana mengiyakan Jokowi. “Kedubes Amerika memang belum mengajukan permohonan ke gubernur, sekarang lagi proses di Dinas Pariwisata terkait relokasi Gedung Syahrir, kami tidak akan mengeluarkan izin kalau Dinas Pariwisata dan Deplu belum memberikan izin.”
“Tapi kami sudah mendapatkan informasi dari Pak Devi Lesmana, Kepala Seksi Kelaikan Arsitektur Dinas P2B, bahwa tiga tahapan untuk mendapatkan izin IMB sudah lulus sidang semua,” ungkap Ismail.
Putu pun menjelaskan, kelulusan itu hanya terkait dengan konsultasi teknis saja, perlu persyaratan lain, di antaranya dari dua departemen yang disebut di atas. Putu juga menegaskan: “Kami di dinas teknis hanya melayani teknis, bila terpenuhi, kami tidak punya alasan untuk tidak memberikan izin.”
Mengerti apa yang dimau para delegasi, Putu pun melempar bola ke Jokowi. “Yang di luar teknis ya gubernur.” Kontan saja para delegasi pun tersenyum kemudian menoleh ke Jokowi.
“Yaaa… kami akan kirim surat secara resmi ke Deplu, akan kami sampaikan adanya keberatan dari para ustadz-ustadz,” ujar Jokowi menjawab tatapan mata dan senyum para delegasi.
Ketua Presidium Mer-C Joserizal Jurnalis yang sedari tadi mendengarkan, kini angkat bicara. “Biasanya Pak Jokowi suka uji publik kalau terkait masalah yang besar,” pancing Joserizal.
Dengan spontan Jokowi menjawab: “Kalau uji publik, nanti ruangan penuh masyarakat, menolak semua.”
Dengan sigap Ismail menimpali: “Nah, itu bisa jadi dalil bahwa masyarakat tidak setuju!”
Ketua DPP Hizbut Tahrir Indonesia Rokhmat S Labib kemudian mengingatkan akan terus mengalirnya dosa orang yang turut membantu membangun gedung yang digunakan untuk markas intelijen negara penjajah Amerika itu. “Kalau Pak Jokowi bangun masjid itu kan amal jariah, kalau membangun kedubes AS amal salah yang dosanya terus mengalir,” Rokhmat mengingatkan.
Suasana pun jadi riuh rendah, Jokowi tersenyum lalu lempar bola: “Bukan saya, Pak Putu…!”
Namun Putu pun mengingatkan bahwa dirinya hanyalah pelaksana teknis, kebijakan akhirnya ada di Jokowi. Maka Rokhmat pun meminta ketegasan Jokowi untuk menolak memberikan IMB. “Saya ingin menerima jaminan bahwa Pak Jokowi menolak!” tegasnya.
Jokowi hanya senyum-senyum saja. Pimpinan Ma’had Daarul Muwahhid KH Shoffar Mawardi, dengan mimik wajah yang sangat serius berkata: “Kami datang kemari untuk menyampaikan hal-hal yang tidak dipikirkan pemerintah, padahal ini menyangkut masalah dunia akhirat Pak Jokowi dan bangsa.”
Seakan mencoba menerka bahwa Jokowi tidak mau dengan tegas menolak lantaran kuatir ditekan pihak Amerika, Ismail berkomentar: “Kalau Pak Jokowi mendapat tekanan-tekanan, serahkan kepada kita, biar kita bantu dari belakang.”
Jokowi tetap mesem-mesem, tidak mau menyatakan akan menolak menerbitkan IMB. Abu Bilal utusan dari Jamaah Ansharu Tauhid lalu angkat bicara karena kuatir azab Allah akan semakin besar bila kedubes Amerika diperbesar.
“Pak Jokowi harus bersyukur dan berterima kasih, karena inilah kerja nyata kami untuk membangun Jakarta, membangun bangsa ini, untuk menghindari azab yang lebih besar dari Allah SWT.”
Jokowi tetap tersenyum. Rokhmat yang merasa pertanyaannya belum dijawab kembali angkat bicara. “Bagaimana pernyataannya, itu yang ingin saya dengar!”
Sambil mengerutkan dahi dan mimik wajah agak cemberut, Jokowi menjawab. “Mengajukan ke saya juga belum!”
Ismail langsung menyambar. “Kalau sudah?”
Jokowi pun menjawab. “Nanti, kita lihat nanti,” pungkasnya.
Dalam kesempatan itu, nampak pula delegasi dari ormas Islam lainnya termasuk Mukhlis Abdullah (Muhammadiyah) dan Prof Dr Musjby (International Moslem Brotherhood). Sedangkan dari pihak pemda nampak hadir pula Ketua Kesbangpol DKI Jakarta Zainal Mustafa.
Di luar gedung, sembari mendengarkan orasi, sekitar 400 massa membawa spanduk dan poster penolakan pembangunan Kedubes Amerika. (mediaumat.com, 23/2)
[www.bringislam.web.id]
Tidak ada komentar
Posting Komentar